KOTA
PROBOLINGGO
Kota
Probolinggo, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Terletak
sekitar 100 km sebelah tenggara Kota Surabaya, Kota Probolinggo berbatasan
dengan Selat Madura di sebelah utara, serta Kabupaten Probolinggo di sebelah timur,
selatan, dan tengah. Kota ini juga terdapat pelabuhan perikanan yang cukup
besar. Probolinggo
berada di jalur utama Surabaya-Banyuwangi. Probolinggo dapat ditempuh dari
Surabaya menggunakan bus dalam waktu 2,5 jam. Kota ini juga terdapat stasiun
kereta api lintas timur Surabaya-Jember-Banyuwangi.
Probolinggo
dikenal sebagai kota singgah dalam perjalanan pariwisata menuju Gunung Bromo.
Secara umum Probolinggo dijangkau oleh para wisatawan lokal maupun mancanegara
melalui Surabaya dengan menggunakan kendaraan umum seperti bus maupun kereta
api. Adapun obyek wisata dalam kota sebagai berikut:
1.
Pelabuhan Tanjung Tembaga dan Pelelangan
Ikan. Masyarakat kota Probolinggo sering berwisata ke Pelabuhan Tanjung Tembaga
dan Pelelangan Ikan. Walaupun sebenarnya bukan sebuah obyek wisata, tetapi
pemandangan dan suasana yang disajikan cukup bagus. Tarif masuk hanya dikenakan
terhadap kendaraan bermotor. Untuk Sepeda Motor sebesar Rp 1000 dan Mobil Rp
2000.
2.
Alun-Alun. Alun-Alun merupakan pusat
kota Probolinggo. Terdapat beberapa bangunan penting mengelilingi alun-alun
tersebut, seperti, Perpustakaanl, Penjara, Masjid, Kantor DPRD, dan Stasiun. Di
sekitar alun-alun juga terdapat banyak penjual makanan dan minuman (semacam
pusat jajanan). Terutama setiap minggu, diadakan pasar di alun-alun kota ini,
menjual makanan dan berbagai tumbuh-tumbuhan. Tidak dikenakan biaya untuk masuk
alun-alun.
3.
Taman Manula adalah taman rekreasi
terletak di jalan Soekarno Hatta yang menyediakan fasilitas HotSPot gratis dan
juga fasilitas Massage relaksasi.
4.
Museum Probolinggo dirintis sejak tahun
2009 dengan mengumpulkan sejumlah bukti-bukti. Misalnya bangunan, pusaka dan
foto-foto kuno. Setelah tim museum terbentuk, akhirnya memburu dan mengumpulkan
sejumlah bukti sejarah Probolinggo.Sebanyak 140 koleksi Museum Probolinggo
terdiri dari temuan Arkeologi, Etnografi, Nomismatik (Uang), Filologi, Keramik
Arkelogi, Pusaka, Alat Transportasi dan foto-foto masa lalu.
Buah
yang terkenal dari kota Probolinggo adalah buah mangga dan anggur. Berbagai
macam buah mangga yang terdapat di kota Probolinggo misalnya, mangga manalagi,
mangga arum manis, mangga gadung, dan lain-lain.
Probolinggo
memiliki banyak makanan tradisional. Yang paling terkenal adalah Soto Kraksan,
yang dimasak dengan santan yang sangat kental dan disajikan di mangkuk nasi dan
Lontong. Selain makanan tradisional, Probolinggo juga banyak bergerak pada
makanan kecil atau camilan khas Probolinggo. Salah satunya adalah keripiki
Kentang, yang terbuat dari kentang segar dengan hasil yang renyah. Produk
lainnya adalah Pokak, yaitu minuman yang terbuat dari rempah-rempah Indonesia,
seperti; kayumanis, jahe dan gula. Minuman ini dikemas ke dalam botol dan
dikategorikan dalam minuman kesehatan.
Seni
dan Budaya apa saja yang sebenarnya sudah dimiliki oleh Kota Probolinggo yang
mampu menumbuh kembangkan aspek Pariwisata. Baik dari sisi Kesenian, Tradisi
hingga Adat istiadat.
1.
Jaran Bodhag dan Jaran Kencak
Jaran
Bodhag dalam terminologi bahasa Jawa “Jaran” berarti kuda dan “bodhak” (bahasa
Jawa dialek Jawa Timur, khususnya wilayah Timur) berarti wadah, bentuk lain.
Walaupun belum diketahui angka tahun yang pasti sejak kapan kesenian “Jaran
Bodhag” ini mulai diciptakan dan dikenal oleh masyarakat kota Probolinggo,
namun dari beberapa sumber diketahui bahwa “Jaran Bodhag” diciptakan oleh
orang-orang kota Probolinggo pada zaman awal kemerdekaan.
Pada
waktu itu orang-orang Probolinggo, terutama orang-orang pinggiran dan miskin
mendambakan suatu seni pertunjukan. Seni pertunjukan yang populer di kalangan
masyarakat kota Probolinggo adalah “Jaran Kencak”, yakni kuda (jaran) yang
“ngencak” (menari). “Jaran Kencak” sebutan dalam dialek lokal untuk menyebut
“Kuda Menari”, sejenis pertunjukkan yang menggunakan kuda yang dilatih khusus
untuk menari dan dirias dengan pakaian serta aksesoris lengkap.
Pada
kalangan masyarakat miskin, yang karena kemiskinannya mereka tidak mampu
memiliki atau menyewa kuda untuk “Jaran Kencak” ini, mereka membuat modifikasi
Jaran Kencak dengan jaran (kuda) tiruan. Terbuat dari kayu menyerupai kepala
kuda sampai leher, kemudian leher kuda kayu itu disambung dengan peralatan
lengkap dengan aksesoris mirip “Jaran Kencak” asli, yang memungkinkan seseorang
dapat berdiri di dalam dan dikelilingi aksesoris kuda. “Penunggang” kuda
seolah-olah naik kuda, padahal ia berdiri dan berjalan (dengan kaki sendiri )
dengan menyangga leher kepala kuda lengkap dengan aksesorisnya sehingga dari
jauh mirip orang yang naik “Jaran Kencak” itulah yang disebut dengan “Jaran
Bodhag”.
Pada
saat ini “Jaran Bodhak” masih populer di kalangan masyarakat kota Probolinggo.
Dan kesenian ini biasanya digunakan untuk mengiringi dan mengarak acara
hajatan, pernikahan, khitanan, dan sebagainya. Menurut Bpk. Priyono bentuk
penyajian kesenian ini adalah arak-arakan di jalan maupun di halaman rumah.
Kesenian ini tumbuh dan berkembang di mayarakat Probolinggo yang sampai
sekarang masih aktif untuk mengadakan kegiatan pembinaan dan pementasan.
Penyajian kesenian ini diiringi dengan musik tradisional yang terdiri dari
kenong, gong, kendang, dan sronen. Jaran Bodhag dibawa oleh dua orang dengan
sebutan janis dan penunggang jaran. Dalam penyajiannya juga ditampilkan
tembang-tembang tradisi khas Jaran Bodhag dengan pakaian penuh gemerlapan,
menarik, unik, yang didesain sendiri oleh pemiliknya dengan segala kemampuan
estetiknya. Siapapun bisa naik Jaran Bodhag, karena gerakannya tidak rumit,
tinggal mengikuti irama yang muncul dari musik kenong telo’. Keberadaan
kesenian Jaran Bodhag ini merata diseluruh Kecamatan Kota Probolinggo.
2.
Ludruk
Ludruk
merupakan satu bentuk pementasan drama kehidupan yang disajikan dengan
pendekatan kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa Timur pada umumnya. Lain
halnya dengan kesenian ketoprak yang dalam penyajiannya menampilkan cerita
legenda atau sejarah yang dikemas apik dengan memakai busana dan bahasa jawa,
ludruk lebih mengedepankan cerita heroik dengan setting kebanyakan mengenai
kehidupan masyarakat Jawa Timur.
Ludruk
tumbuh dan berkembang hampir di semua daerah di Jawa timur bagian timur,
termasuk di daerah Probolinggo. Tampilan ludruk khas Probolinggo jelas memiliki
perbedaan dibandingkan dengan ludruk-ludruk di Surabaya atau di daerah lainnya,
yakni pada bahasa yang dipakai. Ludruk di Probolinggo menggunakan bahasa Jawa
Ngoko yang dicampur dengan bahasa Madura Pesisiran, baik dalam bentuk kidungan
ataupun dialog para pemainnya. Walaupun dari segi bahasa yang dipakai berbeda,
tetapi dalam hal pakem masih memiliki cerita yang sama. Hanya di beberapa
bagian atau adegan diselipkan adegan tambahan yang bercirikan Probolinggo. Dan
kesenian ludruk ini sering ditemui pada acara-acara hajatan.
Menurut
Drs. Priyono Ludruk merupakan Seni pertunjukan yang lebih menonjolkan drama
kehidupan sehari hari dengan model garap lawakan, Walaupun Ludruk juga kadang
membawakan cerita legenda dan sejarah, keberadaannya cukup mewarnai dan menjadi
hiburan masyarakat yang menarik. Ludruk adalah kesenian tradisi yang masih
hidup di kota Probolinggo, kesenian peran yang bisa menggunakan segala bahasa,
jawa, madura, Indonesia atau inggris sekalipun, juga enak dan pantas-pantas
saja ketika menggunakan bahasa campuran.
3.
Ojung
Tradisi
Ojung adalah tradisi saling pukul badan dengan menggunakan senjata rotan yang
dimainkan oleh dua orang. Kedua peserta Ojung akan saling bergantian memukul
tubuh lawannya. Jika peserta satu memukul, maka lawannya akan berusaha
menangkis dan menghindar.
Tradisi
ini memang mirip dengan olahraga Pedang Hanggar, dimana warga diajak beradu
teknik dan kemampuan saling memukul dengan menggunakan sebilah rotan. Terdapat
aturan permainan dalam tradisi ini, yakni setiap pemain memiliki jatah memukul
dan menangkis masing-masing 3 kali. Bagi siapa yang banyak mengenai lawannya
ketika memukul maka dialah yang menang.
Tradisi
ini memiliki tujuan untuk menghindari datangnya bencana alam atau tolak bala’
dan selalu diselenggarakan pada setiap tahun. Keunikan lainnya dari tradisi ini
adalah sebelum acara dimulai, warga selalu melakukan ritual terlebih dahulu
berupa permohonan do’a kepada yang Maha Kuasa, agar kegiatan tersebut dapat
berjalan dengan lancar dan tanpa ganjalan yang tidak diinginkan.
4.
Karapan Sapi Brujul
Karapan
Sapi Brujul sebenarnya bermula dari keseharian petani membajak sawahnya.
Kemudian dikembangkan menjadi perlombaan yang diadakan pada setiap musim tanam padi
tiba. Karapan Sapi Brujul ini dilaksanakan di area persawahan.
Setiap
sapi yang memenangkan perlombaan Karapan Sapi Brujul, dapat dipastikan memiliki
nilai jual yang sangat tinggi. Sehingga sapi yang mengikuti perlombaan ini
dipastikan memiliki kualitas yang cukup baik. Tidak heran jika perlombaan ini
sampai mengeluarkan biaya yang cukup besar.
Karena
antusias masyarakat yang cukup besar, Karapan Sapi Brujul ini dijadikan sebagai
obyek wisata kota Probolinggo. Sekarang ini perlombaan ter-sebut tidak lagi
dilaksanakan pada musim tanam padi saja, namun di luar musim tersebut juga
sering diselenggarakan.
5.
Karapan Kambing
Karapan
Kambing, sebenarnya bermula dari sekedar menjadi obat kejenuhan dalam
keseharian setelah menjalani kewajiban sebagai petani atau pedagang. Karapan
Kambing ini merupakan perlombaan yang digelar setiap satu tahun sekali.
Sama
seperti halnya karapan sapi, kambing-kambing ini menggunakan kaleles (rangka
kayu yang diikatkan ke badan kambing), lalu kemudian diadu kecepatan dengan
lawan pasangan lainnya. Dalam Karapan Kambing, kambing-kambing yang dilombakan
tidak dibedakan berdasarkan ukurannya baik besar atau kecil. Semua kambing yang
diperlombakan adalah kambing dengan jenis kelamin betina.
Ketika
berada di arena perlombaan, kambing-kambing ini dilengkapi dengan beberapa
peralatan. Beberapa peralatan yang digunakan diantaranya adalah jepitan telinga
kambing, rekeng (sejenis bandulan tapi terpaku), kaleles, kalonongan (terbuat
dari keleng kecil biasanya bekas dari korek api. Dan peralatan yang terpenting
sebenarnya adalah balsam dan minyak angin. Karena pada beberapa bagian tubuh
kambing akan dilumuri balsem dan minyak angin sehingga kambing tersebut akan
merasakan kepanasan dan akan berlari kencang sekuat tenaga.
Ciri
dari kambing karapan yang bagus terletak pada bentuk kepala yang cenderung
kecil, badan lurus, pangkal kaki depan tampak besar, posisi badan seperti
nungging, usia minimal 3 bulan dan belum beranak. Postur yang demikian sering
menjadi pemenang dalam perlombaan karapan kambing ini.
6.
Petik Laut
Tradisi
Sya’banan. Tradisi ini berasal dari masyarakat yang bertujuan untuk menyambut
hadirnya bulan puasa. Biasanya pada tanggal 15 bulan Sya’ban (15 hari sebelum
bulan puasa tiba) masyarakat hadir dengan membawa makanan dan bersuka cita
sambil duduk-duduk di tepian pantai menikmati panorama laut yang tertimpa sinar
bulan purnama. Tradisi seperti ini sudah dilakukan oleh masyarakat setiap
tahun. Sehubungan dengan tradisi itu diadakan lomba balap perahu (Petik Laut).
Setiap
tahunnya para nelayan yang tergabung di dalam Paguyuban Nelayan selalu
mengadakan kegiatan ritual yang telah ditetapkan menjadi event tahunan oleh
Pemerintah Kota Probolinggo yaitu kegiatan Petik Laut ini. Kegiatan ini
melambangkan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan YME atas rahmat dan karunia-Nya
kepada seluruh umat. Selain itu kegiatan ini bertujuan untuk tetap melestarikan
budaya gotong-royong dan kebersamaan yang telah diwariskan secara turun-temurun
dari para leluhur sehingga menjadi tradisi di daerah sepanjang pesisiran pantai
kota Probolinggo.
7.
Perahu Hias
Lomba
Perahu Hias merupakan tradisi masyarakat pesisiran pantai kota Probolinggo yang
secara beriringan untuk berlomba menghias kapal atau perahu dengan
bermacam-macam hiasan yang menarik. Lomba ini selalu mampu menarik minat para
wisatawan baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Kegiatan ini telah
menjadi event tahunan dan diselenggarakan bertepatan dengan hari jadi Kota
Probolinggo pada tanggal 4 September.